Post kali ini membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi. Jadi sebelum membacanya, diharapkan anda sudah mandi, sudah makan dan sudah beres pekerjaannya. Sehingga anda dapat fokus selama berjam-jam dalam cerita ini :P
Dapatkah anda membayangkan, di suatu jaman dimasa lampau. Dimana dewa-dewa masih terang-terangan menampakkan dirinya di depan umat manusia. Adalah 3 orang pelajar dari negeri seberang yang berasal dari tempat-tempat yang jauh. Salah satunya wanita berasal dari negeri barat, dan kedua orang pria yang berasal dari selatan dan timur. Ke tiga orang ini ingin sekali menjadi asisten sang dewa. Dimana sulit sekali bagi orang biasa untuk menjadi asistennya. Tidak cukup seratus atau 200 tahun berpuasa dan bertapa untuk menjadi seorang asisten sang dewa hingga dewa melihat ketulusannya dan mengangkatnya menjadi asisten-asistennya yang konon berjumlah ratusan.
Tahun ini, sang dewa berbaik hati. Dibuatnya sayembara ke seluruh penjuru negeri. Untuk merayakan ulang tahun ke 2500-nya dia akan mengijinkan beberapa orang untuk menjadi asistennya hanya dengan melalui satu ujian yang diberikannya. Dan datanglah 3 orang ini sebagai penantangnya.
Ketika mereka memasuki kota kekuasaan dewa, mereka diberikan satu syarat untuk dapat menjadi asistennya yang konon akan diberkahi dan berkuasa atas segala kekayaan alam dan identik dengan kemakmuran. Mereka harus berkeliling desa di sekitar kota yang dikuasai sang dewa dan mengumpulkan semua bahan-bahan dari setiap desa. Yang saat lengkap akan disatukan ke dalam satu bentuk bangunan seni yang digunakan untuk menyembah sang dewa. Saat bangunan itu jadi, mereka harus menyembah sang dewa sebanyak 3 kali. Bila tidak, jangankan diterima menjadi asistennya, mereka bahkan akan diusir dari semua kota-kota yang dikuasai kolega-kolega sang dewa.
Maka dimulailah perjalanan mereka menunaikan misi dari sang dewa. Agar pekerjaan lebih cepat selesai, mereka sepakat untuk bekerja sama. Maka dimulailah perjalanan mereka mencari bahan-bahan tersebut.
Ketiganya rupanya kurang disukai oleh masyarakat setempat. Karena mereka dirasa terlalu enak. Bayangkan saja, penduduk desa yang sudah lama sekali ingin menjadi asisten sang dewa harus menunggu sekian tahun dan masih belum jelas akan dikabulkan atau tidak oleh sang dewa. Sedangkan ke-3 pelajar yang masih ingusan ini dengan cepatnya berpotensi besar menjadi asisten sang dewa.
Oleh karena itu tidaklah mudah bagi ketiga orang itu untuk mendapatkan bahan. Namun karena ada si selatan yang pintar berkomunikasi dan si timur yang pintar membuat benda seni, pekerjaan mereka dilakukan dengan efektif. Lalu apa yang dilakukan sang pelajar dari barat?
Dia adalah satu-satunya wanita di team itu, dan orang-orang memang memperlakukannya dengan khusus. Segala tindakan kekanak-kanakannya dianggap wajar dan tak dipersoalkan. Setiap waktunya digunakan untuk berdandan (walau dia tidak pernah NGACA!!) dan menulis surat pada keluarga dan teman-temannya. Setiap ada warga, maka dia akan memperlihatkan seolah-olah dia sedang bekerja dengan sibuknya. Namun hasil dari pekerjaannya takkan pernah terpakai oleh kelompoknya. Pasti tidak beres.
Pada awalnya 2 pria yang bersamanya menyenanginya dan masih menerimanya walau jelas-jelas keberadaan si wanita itu tidak membantu banyak bagi mereka. Adanya seorang wanita yang lugu atau pura-pura lugu ditengah mereka memang sedikit banyak menghilangkan kepenatan. Namun lama kelamaan mulai jenuh dibuatnya. Hal ini memuncak saat bahan-bahan untuk bangunan itu telah selesai dikumpulkan seluruhnya. Maka dimulailah proses perakitan bangunan menjadi bangunan yang dapat membuat mereka menjadi asisten sang dewa dalam waktu satu bulan saja.
Tak terasa waktu semakin dekat, 2 hari kedepan sang dewa akan datang melihat pekerjaan mereka. Kedua pria itu mulai memaksa si wanita untuk mulai produktif, dan apa yang dilakukan si wanita malah berbalik marah dan meninggalkan mereka dengan menjanjikan porsi kerjaannya akan dilakukan terpisah di kediamannya dan dia berencana kembali lebih dulu dari tempat konstruksi hari itu. Bermodal kepercayaan tersisa kedua pria itu menganggukkan janji si wanita.
Ntah sengaja atau tidak, wanita itu mampir ke pertandingan olah raga. Saat itu sedang diadakan pertandingan olah raga. Sekelompok atlit bernama Brayen M.something sedang bertandang di desa itu. Konon sedang berkeliling mencari lawan tanding. Dan pertandingan itu berlangsung dengan sadis.
Hari yang dinanti hampir tiba. Malam ini malam terakhir sebelum hari penantian. Kedua pria itu bekerja keras menutupi kekurangan yang seharusnya bagian si wanita. Karena si wanita tak kunjung kembali, mereka berfikir kalau si wanita menyesal akan kerjaannya yang tidak selesai dan mengundurkan diri dari sayembara. Maka berjuanglah mereka sehebat mungkin.
Esok pagi menjelang kedatangan sang dewa, bangunan sudah rapi menjulang. Namun kedua pria itu kelelahan dan tertidur pulas dibawahnya. Sang wanita datang dengan kawannya. Dengan asik menceritakan hasil pertandingan kemarin. Saat para atlet menghajar lawannya dengan sadis, dan hanya memberikan satu angka karena kasihan.
Maka datanglah sang dewa, dan si wanita pun menyembah sang dewa 3 kali dengan sempurna dan dia diterima menjadi asisten sang dewa. Ke dua pria itu masih tertidur pulas dibawah teduhnya dasar bangunan dibalik pilar besar yang menutupinya. Tanpa tau sang dewa murka karena mengira mereka telah melarikan diri. Sang wanita merasa tidak tau apa2. Ntah kemana kedua pria itu pergi. Tapi dia tidak perduli kecuali bangunan yang sudah jadi itu.
Maka malanglah nasib 2 orang itu. Terperosok dalam jurang iri dengki, atas ketidak adilan yang diterimanya. Selamanya membenci nasibnya...
Pesan bantuan :
"Coba rasakan perasaan si sulung saat melihat si bungsu kembali dan dipestakan oleh sang Ayah" (Perumpamaan anak yang hilang)
Dapatkah anda membayangkan, di suatu jaman dimasa lampau. Dimana dewa-dewa masih terang-terangan menampakkan dirinya di depan umat manusia. Adalah 3 orang pelajar dari negeri seberang yang berasal dari tempat-tempat yang jauh. Salah satunya wanita berasal dari negeri barat, dan kedua orang pria yang berasal dari selatan dan timur. Ke tiga orang ini ingin sekali menjadi asisten sang dewa. Dimana sulit sekali bagi orang biasa untuk menjadi asistennya. Tidak cukup seratus atau 200 tahun berpuasa dan bertapa untuk menjadi seorang asisten sang dewa hingga dewa melihat ketulusannya dan mengangkatnya menjadi asisten-asistennya yang konon berjumlah ratusan.
Tahun ini, sang dewa berbaik hati. Dibuatnya sayembara ke seluruh penjuru negeri. Untuk merayakan ulang tahun ke 2500-nya dia akan mengijinkan beberapa orang untuk menjadi asistennya hanya dengan melalui satu ujian yang diberikannya. Dan datanglah 3 orang ini sebagai penantangnya.
Ketika mereka memasuki kota kekuasaan dewa, mereka diberikan satu syarat untuk dapat menjadi asistennya yang konon akan diberkahi dan berkuasa atas segala kekayaan alam dan identik dengan kemakmuran. Mereka harus berkeliling desa di sekitar kota yang dikuasai sang dewa dan mengumpulkan semua bahan-bahan dari setiap desa. Yang saat lengkap akan disatukan ke dalam satu bentuk bangunan seni yang digunakan untuk menyembah sang dewa. Saat bangunan itu jadi, mereka harus menyembah sang dewa sebanyak 3 kali. Bila tidak, jangankan diterima menjadi asistennya, mereka bahkan akan diusir dari semua kota-kota yang dikuasai kolega-kolega sang dewa.
Maka dimulailah perjalanan mereka menunaikan misi dari sang dewa. Agar pekerjaan lebih cepat selesai, mereka sepakat untuk bekerja sama. Maka dimulailah perjalanan mereka mencari bahan-bahan tersebut.
Ketiganya rupanya kurang disukai oleh masyarakat setempat. Karena mereka dirasa terlalu enak. Bayangkan saja, penduduk desa yang sudah lama sekali ingin menjadi asisten sang dewa harus menunggu sekian tahun dan masih belum jelas akan dikabulkan atau tidak oleh sang dewa. Sedangkan ke-3 pelajar yang masih ingusan ini dengan cepatnya berpotensi besar menjadi asisten sang dewa.
Oleh karena itu tidaklah mudah bagi ketiga orang itu untuk mendapatkan bahan. Namun karena ada si selatan yang pintar berkomunikasi dan si timur yang pintar membuat benda seni, pekerjaan mereka dilakukan dengan efektif. Lalu apa yang dilakukan sang pelajar dari barat?
Dia adalah satu-satunya wanita di team itu, dan orang-orang memang memperlakukannya dengan khusus. Segala tindakan kekanak-kanakannya dianggap wajar dan tak dipersoalkan. Setiap waktunya digunakan untuk berdandan (walau dia tidak pernah NGACA!!) dan menulis surat pada keluarga dan teman-temannya. Setiap ada warga, maka dia akan memperlihatkan seolah-olah dia sedang bekerja dengan sibuknya. Namun hasil dari pekerjaannya takkan pernah terpakai oleh kelompoknya. Pasti tidak beres.
Pada awalnya 2 pria yang bersamanya menyenanginya dan masih menerimanya walau jelas-jelas keberadaan si wanita itu tidak membantu banyak bagi mereka. Adanya seorang wanita yang lugu atau pura-pura lugu ditengah mereka memang sedikit banyak menghilangkan kepenatan. Namun lama kelamaan mulai jenuh dibuatnya. Hal ini memuncak saat bahan-bahan untuk bangunan itu telah selesai dikumpulkan seluruhnya. Maka dimulailah proses perakitan bangunan menjadi bangunan yang dapat membuat mereka menjadi asisten sang dewa dalam waktu satu bulan saja.
Tak terasa waktu semakin dekat, 2 hari kedepan sang dewa akan datang melihat pekerjaan mereka. Kedua pria itu mulai memaksa si wanita untuk mulai produktif, dan apa yang dilakukan si wanita malah berbalik marah dan meninggalkan mereka dengan menjanjikan porsi kerjaannya akan dilakukan terpisah di kediamannya dan dia berencana kembali lebih dulu dari tempat konstruksi hari itu. Bermodal kepercayaan tersisa kedua pria itu menganggukkan janji si wanita.
Ntah sengaja atau tidak, wanita itu mampir ke pertandingan olah raga. Saat itu sedang diadakan pertandingan olah raga. Sekelompok atlit bernama Brayen M.something sedang bertandang di desa itu. Konon sedang berkeliling mencari lawan tanding. Dan pertandingan itu berlangsung dengan sadis.
Hari yang dinanti hampir tiba. Malam ini malam terakhir sebelum hari penantian. Kedua pria itu bekerja keras menutupi kekurangan yang seharusnya bagian si wanita. Karena si wanita tak kunjung kembali, mereka berfikir kalau si wanita menyesal akan kerjaannya yang tidak selesai dan mengundurkan diri dari sayembara. Maka berjuanglah mereka sehebat mungkin.
Esok pagi menjelang kedatangan sang dewa, bangunan sudah rapi menjulang. Namun kedua pria itu kelelahan dan tertidur pulas dibawahnya. Sang wanita datang dengan kawannya. Dengan asik menceritakan hasil pertandingan kemarin. Saat para atlet menghajar lawannya dengan sadis, dan hanya memberikan satu angka karena kasihan.
Maka datanglah sang dewa, dan si wanita pun menyembah sang dewa 3 kali dengan sempurna dan dia diterima menjadi asisten sang dewa. Ke dua pria itu masih tertidur pulas dibawah teduhnya dasar bangunan dibalik pilar besar yang menutupinya. Tanpa tau sang dewa murka karena mengira mereka telah melarikan diri. Sang wanita merasa tidak tau apa2. Ntah kemana kedua pria itu pergi. Tapi dia tidak perduli kecuali bangunan yang sudah jadi itu.
Maka malanglah nasib 2 orang itu. Terperosok dalam jurang iri dengki, atas ketidak adilan yang diterimanya. Selamanya membenci nasibnya...
Pesan bantuan :
"Coba rasakan perasaan si sulung saat melihat si bungsu kembali dan dipestakan oleh sang Ayah" (Perumpamaan anak yang hilang)