Tuesday, July 15, 2008

From Tasik With Love

Bip..Bip..bip..bip..bip..


Alarm di ponselku berbunyi. Tidak nyaring bunyinya, hanya sayup-sayup mengiringi pagi yang dingin. Gorden kamarku masih tertutup rapat. Warnanya yang merah membuat kamarku menjadi kemerahan ditembus sinar mentari pagi dari luar sana. Pendingin ruangan yang masih menyala, bernyanyi perlahan sambil menghembuskan hawa dingin yang menusuk kulit.

Aku membuka mataku, bergerak sedikit sambil merenggangkan otot-otot yang kaku saat tidur. Membuka sedikit selimutku yang semalaman telah berjasa melindungiku dari dingin yang memenuhi ruangan. Kehangatannya membuatku dapat tertidur pulas hingga tak tahu waktu untuk bangun.

Aku meraih ponselku disamping ranjang dengan malas, kemudian berusaha mematikan bunyi bising yang ditimbulkannya. Aku tersentak, kaget, kemudian menggerutu sedikit saat kulihat waktu sudah tidak bersahabat. Aku harus sampai di Kwitang jam 8 pagi hari ini. Dan oh, sekarang sudah pukul 7 kurang 20 menit. Kulempar selimutku dengan semua tenaga yang baru saja kukumpulkan semenjak terbangun dan berteriak dengan lantang "Ini hari pertama masuk anak sekolah!!!!"

Aku mandi dan bersiap-siap dengan sedikit panik, kenapa sedikit? karena kupikir sudah tak ada harapan. Walaupun tidak akan ditinggal tetap saja tidaklah enak membuat orang lain menunggu. Jam 7 lewat 5 aku sudah berada dalam mobil + supir yang datang bersamaan dengan bangunnya tersangka ini yang sudah divonis "TELAT".

Jam setengah 8 pagi, di pinggiran pintu tol Jakarta-Merak. Aku menaiki taksi untuk melanjutkan perjalananku. Sebuah taksi putih yang memiliki brand yang berarti cepat dengan tarif lamanya langsung bergerak cepat saat aku masuk dan berkata "ACC Kwitang Pak, agak cepat ya!"

Perjalanan berlangsung lancar, jalan tol terlihat lenggang, tidak ada antrian dan kemacetan yang terlihat sejauh 5 menit ku di dalam taksi yang terus menerus memperhatikan argo. Terkadang saat argo baru saja naik ku sempatkan melirik ke kiri dan kanan untuk memperhatikan pemandangan maksa di sepanjang jalan tol yang sudah jarang kulewati semenjak lulus dari perkuliahanku.

Tak lama dimulailah terror hari pertama anak sekolah, pintu keluar tol di Tomang macet, padahal waktu sudah menunjukkan batasan jam masuk kantor yang baik, tidak terlambat. Apa daya untuk menghilangkan stress kubaca saja buku yang sengaja kubawa untuk menemani perjalanan. Sebuah novel bersambung yang menceritakan kisah seorang kesatria di jaman feodal jepang. Anehnya novel ini ditulis seorang non-Jepang.

Sampai juga akhirnya di tempat transit pertama. Hari ini team kami akan berangkat ke Tasikmalaya, yang bagi beberapa orang yang belum pernah mendengar terasa sangat aneh. perjalanan 5 jam sudah dialokasikan untuk menuju ke sana. Dan hei, jalannya membosankan dan berliku-liku. Sesampainya di tujuan, diriku terlalu bersemangat sampai-sampai buku yang diselipkan dibelakang jok lupa diambil lagi. Kembalilah dia ke Jakarta tanpa pemiliknya.

Kota Tasikmalaya mengingatkanku akan kota-kota kecil di Jawa Tengah. Seperti pekalongan, tegal dan sebagian Jogjakarta. Jalanan masih renggang, udara tak begitu dekil dan becak-becak masih bersliweran dengan bebas untuk mengangkut siapapun yang hendak turut.

Penduduk Tasikmalaya sepertinya sangat menyukai buah mangga. Buah yang kadang sulit dicari jusnya di Jakarta, disini tampaknya berlebihan. Setiap orang pasti menawarkannya ke orang lain, terutama turis-turis yang baru saja datang ke kota ini. "Mangga Pak.."

Hari ini acara mengauditku akan dimulai. Pertama-tama kami bertemu dengan yang megang cabang di sana. Setelah perkenalan dan salam selesai, kami pergi mengunjungi sebuah pool yang tidak terlalu jauh dari kantor.

Pool ini tidak beda dengan pool-pool lain. Sebuah area berkerangkeng beton dengan 1 pintu masuk berukuran sedang. Dijaga oleh seorang satpam setiap shiftnya, pool ini tetap terlihat menyeramkan di saat hari gelap. Rumput memenuhi tanah lapang dibalik beton yang memagari sekitar 100m2 area itu. 4 mobil berjeger di pojok kiri bangunan itu. Sebuah pondok kecil yang berfungsi sebagai pos jaga menghiasi sisi pintu masuk dan keluar yang berada di pojok kanan pool.

3 mobil yang baru saja masuk masih sangat mulus. Walaupun alasan mereka masuk tentu berlainan, perlakuannya tetap sama yaitu tak dirawat :p. Satu mobil panther tampaknya menjadi senior dari setiap mobil yang masuk pool itu. Katanya sudah 2 tahun mobil itu berada di sana. Dengan keadaan sedikit mengenaskan mobil itu terjebak dalam lilitan rumput liar yang mengikatnya selama waktu-waktunya terdiam di tempat itu.

Angin dingin mulai bertiup. Tasikmalaya di sore hari cukup berbeda dengan udara Jakarta yang panas dan gerah. Keringat yang melekat di baju menambah dinginnya udara disekitarku.

Hari sudah malam hingga aku akhirnya dapat merenggangkan badan dan berguling-guling di kasur hotel. Hotel yang baru saja dibuka dan terletak diatas mall yang belum lama juga dibuka ini masih terkesan sangat bersih. Selimut yang tampak baru dan kamar yang masih mulus tentu membuat puas orang-orang yang menginap di sana dengan harga promo. Sayangnya rasa perih di jidat yang ditimbulkan karena makan udang sebelum ke hotel membuat sedikit penderitaan dinyamannya beristirahat.

Esok harinya kami sudah dikantor lagi. Karena kartu Halo sebagai media flash masih belom kunjung aktif, ku hubungi CAROLINE yang kukenal lewat buku panduan. Mba "something" yang kulupa namanya mendengarkan ocehanku selama hampir 30 menit. Tak lama ponsel di tutup, konfirmasi aktif langsung datang. Memang harus begitu cara aktivasi kartu Halo yang sangat ribet mulai dari applynya.

Ok sekarang internet sudah kembali mengiringi hidupku, menemani hari-hari ku, mengisi terus stock pengetahuanku, menambah terus dosa-dosaku dan membuka akses untuk bercerita di blog yang telah bertahan beberapa tahun ini.

So mulai sekarang, mudah-mudahan blog ini dapat kembali menebar kasih dan cinta kepada setiap orang yang membacanya :p. Tidak lupa dibumbui sedikit dendam dan picik agar semua isinya seimbang.

nb : post ini tidak banyak berhubungan dengan judulnya, biar keliatan bagus aja. Ditulis dengan gaya novel transletan, diidentifikasi penggunaan kata ganti aku yang sudah jarang ditemui dan digantikan dengan "gw" di novel-novel lokal.
As always, cuma bermaksud menghibur, mohon maaf bila ada salah kata.. ^^

4 comments:

Anonymous said...

Wah.
Aku.
Jarang2 neh :p

Jadi malu bacanya, ngebayangin lo ngomong 'aku', lol~

*kabur*

raykuro said...

kalo malu pakai topeng saja :P

gw masih terinspirasi novel yang gw baca, jadi gini de bahasanya :D

Anonymous said...

waaaaa... lu berada di kota dengan mie bakso terenak... hahahahaha...

Regards,
Xander™

Anonymous said...

sory coy, i'm not in tasik :D

later la kalo u ke tasik n gw di sana
gw jamu makan sampe mampus