Sunday, December 23, 2007

Boy's Tears

Dalam kamar sebuah rumah, seorang pemuda dengan kulit hitam kemerah-merahan karena terbakar matahari baru saja merebahkan tubuhnya setelah 3 hari tak berjumpa dengan kasurnya.

3 hari ini dia ke laut, liat pemandangan bagus..
namanya laut angin pasti kenceng.. wusss..

Tapi angin dalam 3 hari itu bener-bener sadis. Kolor salah satu temannya saja sampai hilang :p

Apa yang terjadi di laut tidak akan dia ceritakan dalam cerita ini. Dia tidak mau temannya kehilangan semangat sembuh karena ceritanya. Mungkin dia akan cerita saat semangat temannya sudah muncul kembali ^^. Lagi pula hal favorit yang dia lakukan di sana hanya mengambang di kolam dan merenung di bawah air yang tenang selain membendam kepala di balik bantal.

Pikirannya memang lagi ke mana-mana. Kebimbangan besar lagi sibuk menekan dirinya sampai dia merasa sangat terganggu. Pikirannya tidak pernah tenang akhir-akhir ini.

Perjalanan pulang cukup menyenangkan, tidak terasa capek cuma suara yang dihambur-hamburkan sampai saat ini dia kesulitan bicara lantang. Suaranya lagi di recharge biar normal lagi. Berbekal tolak angin sebagai penangkal bala, dia berharap terhindar dari masuk angin.

Sesampainya di kampus, dia dikejutkan sebuah kotak kuning berlubang hati dari temannya yang bernama Michelle*. Secara jantan, boys to boys (even Michelle* is a girl's name) kotak itu diserahkan langsung dari tangan si Michelle* ke tangannya. Dan pesan dari si Michelle*, "Semoga bisa bikin lo gak telat lagi". Gak sempat terharu, tapi dia senang sekali dengan barang itu.

Karena advent-nya yang sudah bolong 2, dia merasa wajib mengisi advent ke-4 nya. Maka dia dan segerombolan orang bertujuan sama, menjalankan kewajibannya kepada Tuhan di Gereja yang paling dekat dengan lokasi dia berada sekarang. Sebuah Gereja mewah, dengan isi yang mayan kece-kece ^^

Usai misa advent ke-4, seorang temannya mengajak untuk makan sebelum bubar. Dan mungkin jodoh, sampailah mereka di Sate 19 Desember. Dan bila dalam kitab suci ramalan para Nabi tergenapi, maka hari ini tergenapilah sate gratis yang dilewatkannya 2 tahun 4 hari lalu.

Pulang ke rumah dengan keadaan yang kurang enak, membuat dia uring-uringan. Disamping punggungnya yang terasa perih akibat sinar matahari yang membakar kulitnya, perasaan dan pikiran dia memang sedang jelek-jeleknya.

Jam 9 malam, didapatinya sebuah pesan singkat yang menyuruh dia untuk ke gereja membereskan bangku. Meluaplah isi pikirannya. Semua kejenuhan yang dipendamnya selama ini begitu saja keluar seperti orang muntah karena keracunan. Jenuh akan semua beban dan kehidupannya yang terasa semakin monoton. Semua kejenuhan baik dalam perkuliahan maupun kehidupan romantismenya.

Disadarinya, beberapa tetes air mata saja dan senyuman dapat dengan efektif menghapus beban yang menggerogoti. Belum ada bukti ilmiah bahwa pengaruhnya akan berlangsung lama atau tidak, tapi membuat dia bisa berfikir sejenak dan bercerita pada kalian hari ini. Bukan air mata yang sangat sering dia keluarkan saat dia terharu atas perkataan dosen atau pembicara seminar, tapi air mata special yang tidak pernah dia keluarkan sejak peristiwa sinetron di sebuah kampus milik pemerintah di pinggiran Jakarta.

Boy's dont cry. But tears may come out, for good purpose which based on good reason.

3 comments:

Satochi said...

"Dia tidak mau temannya kehilangan semangat sembuh karena ceritanya. Mungkin dia akan cerita saat semangat temannya sudah muncul kembali ^^. "

Makasih, lol~

Betewe gw jadi batuk skr --' Kebanyakan popcorn kali y --+

Anonymous said...

Ini cerita autobiografi ya o.O

They say " Tears are sweat of the heart "

wokwokwok
postingan yg cukup ga jelas -_-a

raykuro said...

cuma untuk dinikmati, gak usah diambil hati ^^

jelas bagi yang terlibat :p