Saturday, February 02, 2008

What Banjir Do (end)

nb: harap baca Post sebelumnya terlebih dahulu biar nyambung.

Ok, barang-barang dan laptop sudah pada tempatnya. Dengan kemasan istimewa siap ditaro dimuka. Ya langsung saja lempar ke muka anda :p

Mengejar waktu yang semakin sore, dia mulai hensin dari pakaian seadanya menjadi pakaian perjalanan. Celana panjang, jaket dan sapu tangan di wajah selesai dikenakan dalam waktu 1 menit saja. Gak pake kembalian.

Roda sudah berputar, perjalanan menuju rumah pun dimulai. Rute yang direncanakan adalah arah pintu tol kebun jeruk. Rencananya mau masuk tol untuk menghindari banjir yang konon kata berita mencapai satu meter di daerah sepanjang jalan dia pulang biasanya.

Sesampainya di kebun jeruk, di depan stasiun televisi swasta, terlihat beberapa orang beradu mantra dengan petugas yang melarang masuk. Karena dilihatnya arah meruya lancar dan kering, dipikirnya daerah sana mampu untuk dilalui secara manusiawi. Karena itu tanpa ragu ditancap motor menuju daerah Puri Indah.

Sampai di jalan pinggir tol menuju Puri Indah, dia sempat mengumpat karena adanya beberapa orang yang sempet-sempetnya balapan di jalan raya. Mana suaranya berisik dan kalo ampe jatoh di situ, mana ada ambulan yang sanggup nyebrang banjir buat sambung hidup mereka orang. Ya liat aja, "karma works".

Melintasi pintu tol kembangan, dilihat lagi beberapa orang sedang nego. Kali ini bukan dengan petugas jalan tol, namun dengan 2 orang polisi yang ntah sangar ato tidak yang jelas berseragam. Karena masih penasaran dengan jalan biasa, dicobanya dulu untuk melaju terus. Dan memang tidak seharusnya karena di depan dia kini terlihat lautan coklat yang ada di Charlie and the Chocolate Factory sayang kurcaci-kurcaci itu (yang dia juga lupa namanya apa) gak ada.

Kata orang situ, banjir di depan akan mencapai pinggang orang dewasa, dan kalo memang berani silahkan jalan terus :p Disarankan mengambil rute bintaro untuk dapat keluar di serpong dan mencapai Tangerang hari ini juga. Merasa muter jauh dan tidak tahu jalan juga, dia lebih memilih kumpul2 bersama para pengendara motor lainnya di depan pintu tol.

Beberapa pengendara motor sedang adu mulut dengan 2 polisi yang jaga di depan. Namun 2 polisi itu bersikukuh kalo jalan tol sudah tidak dapat disusupi motor setelah pukul 5 sore, jadi bukan tidak boleh karena mulut orang-orang yang protes itu bau. Camkan itu!!

Sebagai seorang plegmatis yang menjauhi konflik, dia sih diem saja sambil melihat peluang. Dan motor-motor yang semakin banyak di situ semakin tidak sabar. Bunyi mesin yang ditarik dan klakson beraneka rasa dibunyikan keras-keras. Belom lagi teriakan-teriakan dari mulut yang ntah bau atau tidak itu bersahut-sahutan mengiringi bunyi klakson dan mesin yang menggerung-gerung.

Tidak sabar karena takut makin gelap, para pengendara motor yang jumlahnya sudah hampir seratus (orang, bukan motor) memblokir jalan mobil yang hendak masuk ke jalan tol dan membuat si polisi menyerah dalam 10 detik. Maka masuklah motornya dan dia ke jalan tol Jakarta-Merak ke-3 kalinya. Tahun lalu dia sempat mengalami sekali arah Jakarta dan sekali arah Tangerang karena masalah yang sama, banjir.

Berjalan di pinggir tol memang tidak enak, ditambah ban yang agak kempes membuat perjalanan semakin tidak nyaman. Dan memang anjuran polisi untuk tidak masuk tol itu karena mentari sore sudah menguning hingga menghalangi pandangan. 2 kali dia kaget karena depannya ternyata ada motor berhenti. Untung mantan pembalap, jadi langsung diloncatin de kaya mario bros :p

Kata-kata jalan bebas hambatan ternyata memang benar. 30 menit saja dia sudah sampai di kota kelahirannya. Andai tiap hari bisa seperti itu, dia bisa mengirit waktu dan juga bensin merah yang per liternya sudah mencapai 7750 --"

Akhirnya selamat sampai dirumah tanpa menyentuh air sekalipun. Bagi dia melihat beberapa motor diseret di air saja sudah cukup. Tak perlu sampai mengalami. Yang jadi pikiran, kalau sampai hujan lagi bisa gak senen pagi sudah kembali di tempat singgahnya? Mari berdoa, BISA!!

No comments: