Tuesday, January 22, 2008

Si Kantuk

Mentari pagi sudah bersiap-siap. Menyisir rambutnya, memakai deodoran dan terakhir mencukur kumisnya yang sudah mulai memanjang. Setengah jam lagi sudah waktunya dia mulai berkerja.

Tak lama si Jago memanggil. Sang mentari tersenyum dan berlari menuju tempatnya bertugas pagi ini. Diperjalanan, dijumpainya sang Bulan yang begitu cantik namun pucat dan redup. Ya dia pasti capek habis bertugas tadi malam.

Saat si mentari siap melaksanakan tugasnya, beberapa orang lelaki muda berada di sebuah kamar kecil mengejar target pagi ini. Satu tertidur, satu hampir tertidur, satunya lagi mencetak, yang satunya bersiap pergi menjadi tukang ojek.

Satu persatu berguguran, yang hampir tertidur sudah pergi bersama si tukang ojek untuk beristirahat, tinggal si pencetak dengan yang tertidur yang tersisa di sana. Maka benda kotak bermerek hp pun melakukan tugasnya. Hari ini si Canon titip absen karena sedang sakit. Semua kerjaannya tidak mengeluarkan hasil, kertas putih keluar putih, kertas hitam keluar hitam. Sungguh aneh.

Kewalahan bekerja sendirian, si hp mulai lelah. Hasil pekerjaannya mulai memudar, tanda tenaganya sudah mulai habis. Beberapa saat kemudian si hp total gak bisa kerja. Dan si pencetak panik sendirian dengan kalemnya dia bertanya pada kawannya ^^. Melihat waktu operasi di layar yang sudah mencetak EXPIRED, maka pasien bernama skripsi dinyatakan Dead in Operation dan sang dokter dikenakan kasus mallpraktek.

Habisnya tinta memaksa si pemuda yang tadi sibuk mencetak terpaksa keluar. Setengah gontai dikuasai kantuk, dia mengambil celana panjangnya, sebuah jaket hitam, 2 buah ponsel, sebuah dompet, serentetan kunci dan tidak lupa seblister Milanta sebagai cadangan bila terjadi serangan mendadak. Dipacunya kendaraan roda duanya dan membonceng temannya yang baru saja dibangunkan.

Di perjalanan, motornya menggila. Tembok diserempet, selokan hampir di lindas, kendaraan lain pun menjadi ancaman pagi itu. Kokpitnya goyang, pandangannya berbayang. Kantuk yang mengendap di kepala mengancam dirinya untuk beristirahat. Tapi apa mau dikata, dia harus mengejar tinta kalau masih mau kumpul skripsinya hari ini. Sayang setelah tinta didapat, sang dosen berhalangan hadir.

Ntah lega atau kecewa, akhirnya diputuskan untuk makan pagi sekaligus siang di sebuah tempat makan bernama Jumbo yang berasal dari salah satu propinsi di Sumatera. Makan dengan kantuk yang meluap-luap ternyata tidak menyenangkan. Rasa ayam saja sepertinya tertukar dengan rasa nasi saat di mulut :p

Waktu memang berjalan begitu cepat. Fisik manusia serasa tidak bisa mengejar waktu. Kantuk menjadi beban terbesar dalam pemenuhan sebuah deadline. Saat si kantuk menguasai diri, otak pun tak akan bereaksi. Selanjutnya semua pekerjaan menjadi percuma. Kecerobohan semakin sulit dihindari.

Tak segampang mencari obat tidur yang sangat efektif, obat kantuk yang efektif lebih susah ditemukan. Kopi pekat maupun lintingan rokok kadang tidak berarti apa-apa di mata si kantuk. Berhubung dia tidak suka kedua hal diatas, kucekan tangan dan cuci muka jadi senjata yang tersisa.

Saat seseorang tak boleh tertidur, dan si kantuk menyerang tanpa kasihan, apakah yang dapat melawan?

2 comments:

Satochi said...

Yg dapat melawannya adalah rasa butuh :p

Sama kya orang yg suka susah bangun krn setelah dibangunkan dia suka tidur lagi. Kadang yg bisa bikin orang itu bangun dlm sekali 'tembakan' adalah niat: "Gw harus bangun pagi."

:D

Walopun seringkali niat suci itu dikalahkan dengan: "Ah, kejar bis jam 11 aja..."

:p

Mel said...

kasian yah kalo orang lagi skripsi... sepertinya menderita...


*menghitung hari menuju skripsi gwe sendiri*